POLEMIK SAMPAH DI SEKITAR KITA,,,Siapa yang bertanggung Jawab?….

Masalah sampah di Indonesia telah menjadi perbincangan publik selama bertahun-tahun. Setiap hari, ratusan ton sampah dihasilkan dari berbagai aktivitas, baik di kota maupun di pedesaan. Namun, ironisnya, pengelolaan sampah di negara ini masih sangat buruk dan jauh dari kata ideal. Tumpukan sampah yang semakin hari semakin tinggi di tempat pembuangan akhir (TPA) menjadi pemandangan yang tak asing lagi. Pertanyaan yang mengemuka adalah: mengapa masalah sampah di Indonesia seolah tak bisa diselesaikan?

  • Rendahnya Kesadaran Masyarakat

Salah satu akar permasalahan yang paling mendasar adalah rendahnya kesadaran masyarakat dalam mengelola sampah. Hingga saat ini, banyak orang yang masih membuang sampah sembarangan tanpa memikirkan dampak jangka panjangnya. Sampah plastik dan sampah rumah tangga sering kali ditemukan berserakan di jalanan, sungai, dan pantai. Ini menunjukkan bahwa budaya memilah dan mengelola sampah masih jauh dari kata implementasi yang diharapkan. Memang membuang sampah disungai atau dikali tidak berakibat secara langsung bagi pelaku, akan tetapi bisa menyebabkan banjir bagi daerah dibawahnya, berarti secara tidak langsung pelaku pembuang sampah disungai adalah salah satu penyebab terjadinya musibah banjir.

  • Kurangnya Infrastruktur Pengelolaan Sampah yang Memadai

Selain faktor kesadaran masyarakat, minimnya infrastruktur pengelolaan sampah juga menjadi kendala utama dalam menyelesaikan masalah ini. Banyak daerah, terutama di pedalaman dan kota-kota kecil, belum memiliki fasilitas pengelolaan sampah yang memadai. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), sekitar 35% wilayah di Indonesia belum memiliki akses terhadap fasilitas pengelolaan sampah yang layak . Sampah hanya dikumpulkan, lalu dibuang ke TPA tanpa melalui proses daur ulang atau pengolahan yang baik.

  • Kebijakan Pengelolaan Sampah yang Lemah

Di sisi lain, kebijakan pengelolaan sampah yang diterapkan oleh pemerintah belum berjalan optimal. Meskipun Indonesia telah memiliki Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, penerapan aturan ini masih seringkali tidak tegas. Sanksi bagi mereka yang melanggar aturan membuang sampah sembarangan juga jarang diterapkan secara konsisten. Akibatnya, masyarakat tidak pernah merasa jera atau tergerak untuk mengubah perilaku mereka.

  • Sampah Plastik: Ancaman Besar bagi Lingkungan

Di antara semua jenis sampah yang ada, sampah plastik menjadi salah satu yang paling banyak dan tidak terbendung. Setiap tahun, Indonesia menghasilkan sekitar 3,2 juta ton sampah plastik, dengan 1,29 juta ton di antaranya berakhir di lautan . Ini menjadikan Indonesia sebagai negara penyumbang sampah plastik terbesar kedua di dunia setelah China

  • Solusi Pengelolaan Sampah yang Berkelanjutan

Meskipun tantangan yang dihadapi sangat besar, bukan berarti masalah ini tidak bisa diatasi. Ada beberapa langkah konkret yang bisa diambil untuk memperbaiki pengelolaan sampah di Indonesia. Pertama, pemerintah perlu meningkatkan infrastruktur pengelolaan sampah, terutama di daerah-daerah yang belum terjangkau oleh layanan ini. Kedua, perlu adanya peningkatan edukasi kepada masyarakat terkait pentingnya memilah sampah, melalui sosialisasi langsung maupun lewat media massa. Ketiga, penerapan sanksi yang tegas bagi pelanggar aturan harus dijalankan. Pemerintah harus lebih serius dalam menegakkan peraturan terkait pengelolaan sampah. Jika aturan diterapkan dengan konsisten, diharapkan masyarakat akan lebih disiplin dalam mengelola sampah mereka. (https://www.kompasiana.com/frans36286/66fd013ded6415152d410ec2/polemik-sampah-di-indonesia-tantangan-berat-yang-sulit-terselesaikan)

Masyarakat dalam hal ini perlu diadakan pelatihan bagaimana cara mengolah sampah yang benar, baik berupa sampah anorganik seperti plastik maupun organik, dengan harapan pencemaran lingkungan ataupun terjadinya banjir yang terjadi karena membuang sampah sembarangan dapat diminimalisir, dan juga bisa dijadikan muhasabah bagi kita sebagai seorang muslim untuk menjaga lingkungan sebagai bentuk perwujudan makhluk yang ditunjuk Allah subhaanahu wata’ala sebagai khallifatu fil ‘ard. Adanya dukungan dari pemerintah desa dengan mengadakan tempat pengelolaan sampah di Batur selatan (Dusun Bakalan) menjadi langkah awal yang baik dalam memulai memilah-milah sampah, paling tidak ini sebagai itikad baik dari desa untuk Batur yang lebih bersih.

Menginternalisasi Spirit Kurban: Menumbuhkan Kesadaran Membuang Sampah pada Tempatnya

Ibadah kurban, yang dilaksanakan setiap Hari Raya Idul Adha, bukan sekadar ritual penyembelihan hewan. Di dalamnya terkandung nilai-nilai  seperti pengorbanan, keikhlasan, kepedulian sosial, dan ketaatan kepada perintah Allah SWT. Namun, seringkali, esensi ibadah ini terlepas dari praktik kehidupan sehari-hari, termasuk dalam hal pengelolaan sampah. Kisah Nabi Ibrahim AS dan putranya, Ismail AS, menjadi fondasi utama ibadah kurban. Ketaatan dan kepasrahan Nabi Ibrahim dalam menjalankan perintah Allah untuk mengorbankan putranya adalah puncak dari pengabdian. Penggantian Ismail dengan seekor domba menjadi simbol rahmat dan kasih sayang Allah. Dari peristiwa ini, kita belajar tentang:

  • Pengorbanan: Kesediaan untuk merelakan sesuatu yang berharga demi meraih ridha Allah dan membantu sesama.
  • Keikhlasan: Melakukan ibadah semata-mata karena Allah, tanpa mengharapkan pujian atau imbalan dari manusia.
  • Kepedulian Sosial: Pembagian daging kurban kepada fakir miskin dan kaum dhuafa menumbuhkan rasa empati dan solidaritas sosial.
  • Ketaatan: Menjalankan perintah Allah dengan sebaik-baiknya sebagai wujud keimanan.

Keempat spirit diatas harus dimiliki oleh setiap warga negara, terlebih lagi masyarakat Batur yang sering menjadi sorotan bagi daerah lain karena pelaksanaan ibadah kurban yang melimpah. Jangan sampai keikhlasan kita dalam berkurban tercederai dengan perilaku tidak bertanggung jawab seperti membuang bungkus daging atau tulang disungai. Karena spirit kurban tersebut harus selalu melekat disetiap perilaku kita pada momen apapun dan tidak hanya dalam kurban. Dan jangan sampai pula ibadah yang mengajarkan kebersihan spiritual dan kepedulian sosial justru menghasilkan dampak negatif terhadap kebersihan fisik dan lingkungan.

Ibadah kurban memiliki potensi besar untuk menumbuhkan kesadaran membuang sampah pada tempatnya. Nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya, seperti ketaatan, pengorbanan, keikhlasan, dan kepedulian sosial, dapat menjadi landasan moral dan etika dalam pengelolaan sampah. Dengan menerapkan spirit kurban, kita tidak hanya menjalankan ibadah ritual tahunan semata, tetapi juga mengamalkan nilai-nilai kemanusiaan dan tanggung jawab terhadap lingkungan. Mari jadikan setiap perayaan Idul Adha sebagai momentum untuk meningkatkan kesadaran dan tindakan nyata dalam menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan, sebagai wujud syukur atas nikmat Allah dan kepedulian terhadap sesama dan merupakan tanggung jawab kita bersama dalam mewujudkan kebersihan lingkungan sekitar kita. Semoga ibadah kurban kita diterima oleh Allah SWT dan membawa keberkahan bagi kita semua. Wallahu a’lam.

Bagikan:

Tags

Related Post

Tinggalkan komentar