KETELADANAN DALAM PENDIDIKAN DI BATUR

KETELADANAN DALAM PENDIDIKAN DI BATUR

Sejarah mencatat perkembangan pendidikan di Batur sudah dimulai sejak zaman penjajahan, banyaknya instansi pendidikan yang berdiri menjadi bukti bahwa Batur pernah menjadi pusat pendidikan yang cukup maju dibanding dengan derah disekitarnya. Kondisi ini berlangsung cukup lama, bahkan terus berkembang seiring dengan banyaknya warga lokal yang menimba ilmu  atau sekolah diluar kota dan kembali ketika sudah lulus, sehingga siap mewarnai pendidikan di Batur  sesuai bidang keilmuwan yang ditempuhnya.

Secara geografis desa Batur terletak dideretan pegunungan Dieng, udara yang sejuk memberikan ciri khusus bagi warganya baik dalam hal berpakaian maupun mata pencaraharian. Baju hangat seakan menjadi pekaian yang wajib di Batur, mata pencaharian yang didominasi oleh sektor pertanian menjadi tolak ukur sepi atau ramainya geliat ekonomi di Batur, hal ini terlihat ketika musim panen berhasil maka dengan sendirinya kondisi pasar pun akan ramai, begitu pula sebaliknya jika  kondisi pertanian turun  atau banyak yang gagal panen, maka keramaian pasar pun relatif sepi.

Kehadiran Muhammadiyah di Batur memberi corak khusus dalam perjalanan perkembangan pendidikan itu sendiri. Beberapa tahun yang lalu nuansa religius yang kental dan semangat untuk menempuh pendidikan sudah terasa sejak subuh hari, dimana para kesepuhan atau guru ngaji siap membimbing anak-anak pada saat itu untuk belajar bagaimana cara membaca Al Qur’an dengan benar. Hal ini berlangsung setiap pagi dimana anak-anak pada saat itu dibangunkan dengan lantunan murotal yang terdengar dari arah kajauhan, satu persatu anak pun mulai berdatangan menuju kearah TPA (Taman Pendidikan Al Qur’an) yang berada dikampung Gondang. Selain berfungsi sebagai tempat mengaji dipagi hari juga dimanfaatkan sebagai MDM (Madrasah Diniyah Muhammadiyah) yang berlangsung disiang hari.

Entah konsep apa yang pernah ditanamkan oleh para pendahulu kita, yang jelas pendidikan keagamaan yang ada telah menjadi dasar bagi anak-anak sebelum menempuh pendidikan umum, dan ini sudah berlangsung hingga saat ini dan diakui atau pun tidak masyarakat telah memperoleh manfaat dari adanya hal itu. Seiring dengan perkembangan jaman pendidikan Muhammadiyah di Batur pun telah merambah ke jenjang Tsanawiyah, perkembangan ini sangat didukung oleh masyarakat yang memang haus akan perkembangan ilmu pengetahuan dan antusias masyarakat akan keberlangsungan pendidikan untuk anak-anaknya.

KETELADANAN DALAM PENDIDIKAN

Secara fisik desa Batur telah mengalami kemajuan yang signifikan dalam berbagai bidang, seperti infrastruktur yang memadai, kondisi jalan yang baik, penerangan jalan, dan fasilitas umum lainnya. Hal ini mempermudah aksesibilitas dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Begitu juga dengan pendidikan, kesadaran akan pentingnya pendidikan semakin meningkat di Desa Batur. Hal ini tercermin dari banyaknya anak-anak yang bersekolah dan tersedianya fasilitas pendidikan yang memadai, baik AUM (Amal Usaha Muhammadiyah) maupun umum. Sama halnya dengan  akses layanan kesehatan juga semakin baik dengan adanya puskesmas dan tenaga medis yang selalu siaga menunjukan desa Batur semakin peduli akan kesehatan dan kebersihan lingkungan.

Sektor pertanian sampai saat ini masih menjadi tulang punggung perekonomian Desa Batur. Namun, geliat masyarakat juga mulai mengembangkan sektor lain seperti perdagangan, terutama usaha kuliner baik yang berskala besar maupu kecil. Hal ini menciptakan diversifikasi ekonomi dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Tidak dapat dipungkiri, bahwa masyarakat Batur juga semakin familiar dengan teknologi, sehingga mempermudah akses dalam bentuk apapun. Kehadiran Muhammadiyah tidak anti terhadap kemajuan zaman, akan tetapi beriringan dalam perjalanannya. Nilai-nilai yang telah ditanamkan oleh pendahulu kita harus terus dipegang, dan pendidikan di Batur lewat amal usahanya adalah bahtera untuk mencapai tujuannya.

Sungguh besar jasa para pendahulu kita, mereka mengajarkan keteladanan, kegigihan dan semangat yang tinggi untuk menuntut ilmu, mereka seakan telah mempersiapkan pendidikan yang bukan untuk diri mereka sendiri, akan tetapi mereka siapkan untuk generasi setelah mereka. Para anak-anak yang pasti akan melanjutkan estafet kepemimpinan untuk menggerakan roda pendidikan telah mendapat warisan sekaligus pembelajaran yang bersifat jariyah bagi para pendahulu Muhammadiyah yang kelak akan menjadi pemberat timbangan di yaumul kiyamah nanti. Wallahu ‘alam.

Bagikan:

Tags

Related Post

Tinggalkan komentar